KAIN Indonesia sesungguhnya memiliki corak, dan gaya yang luar biasa
indah, juga anggun kalau mau diteliti dan dikembangkan. Salah satu kain
tradisional yang unik adalah ''endek''. Desainer Endek Bali, Raditya
mencoba menggali kreativitasnya dengan menggunakan kain tenun khas Bali
ini menjadi gaun-gaun yang anggun, gaya, dan tentu saja memikat.
Di ajang Festival Kumbasari Adit, begitu dia biasa dipanggil, ikut
berpartisipasi dalam acara fashion show untuk Pembukaan Denpasar
Festival dan juga Malam Puncak Denpasar Festival. Di ajang ini Adit
mencoba memperkenalkan kain tenun khas Bali, endek rancangannya pun
diperagakan oleh salah satu pegawai Bank Swasta diselenggarakan pada 28 Desember
2012 lalu untuk pembukaan dan 29 Desember 2012 sebagai malam puncak
Denpasar Festival di area Patung Catur Muka Denpasar. Adit mengusung ''Endek Bali'' sebagai tema dengan target utamanya adalah
kalangan remaja. Kali ini Adit mencoba menghilangkan image tua, kuno, dan
formal dengan bahan endek di kalangan remaja. Karena endek bisa
dikenakan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik tua, muda, pria ataupun
wanita, dan tentunya tidak akan berpengaruh pada pergantian waktu.
Karena itulah pola dan juga cutting pada desain sudah disesuaikan untuk
kalangan remaja masa kini, tanpa mengurangi ciri dari desain-desain khas Raditya sebelumnya. Adit mencoba mengangkat endek lebih trendi dan kasual. Diyakini ke depan,
masyarakat luas makin bangga menggunakan endek, layaknya menggunakan
jeans. Busana, lazim disebut fashion ternyata lebih dari sekadar fungsi
praktisnya sebagai busana, ia telah berkembang dan menciptakan
nilai-nilai lebih, baik nilai seni, nilai sosial maupun ekonomi.
Nilai lebih yang melekat pada pakaian sangat disadari para leluhur orang
Bali. Mereka wewarisi kepada generasi di bawahnya bahan-bahan pakaian
yang berkualitas, yang pembuatannya melibatkan segenap ketekunan,
kesabaran dan nilai seni yang tinggi.Salah satu kekayaan peninggalan budaya leluhur Bali yang tak ada duanya
di dunia adalah seni tenun. Teknik menenun ini telah ditemukan sejak
zaman dulu. Hasilnya sangat dikagumi, bukan hanya bagi selera lokal,
namun juga membangkitkan selera masyarakat dunia.
Bahan dan prosesnya pun bermacam-macam, misalnya dibuat dari benang ulat
sutera, dipintal dengan tangan, diberi warna dengan bahan pewarna alam
dari tumbuh-tumbuhan dan dikerjakan dalam waktu lama, bahkan
bertahun-tahun. Tenunannya sangat rapat, halus, dibuat dengan kesabaran,
ketekunan dan ketelitian yang prima. Pun motif hiasnya memakai teknik
ikat yang rumit.
Endek Bali adalah beberapa contoh hasil karya besar para leluhur Bali
dalam usaha memberi nilai lebih cara berbusana orang Bali. Namun,
seiring perkembangan, bahan-bahan busana ini mulai ditinggalkan, karena
selain tidak praktis dan modis, kerumitan pembuatan dan kelangkaan bahan
baku menjadikan harganya sangat mahal. Orang Bali beralih ke
busana-busana yang lebih praktis dan modern seperti batik, katun, jeans
dan lain sebagainya. Kini, warisan tetua Bali itu seakan menjadi mitos.
Kain endek, sebenarnya dapat dikembangkan menggunakan hasil-hasil
pemikiran baru tanpa harus kehilangan ciri yang paling mendasar dari
tekstil yang dipergunakan. Rancangan baru ini mendekatkan rancangan
tradisional setempat dengan trend yang berkembang di dunia
internasional. Kuncinya adalah mengembangkan motif-motif tradisional
menjadi motif-motif yang berorientasi pada pasar global.
Dwi pun dengan beberapa desainer Bali lainnya dengan ketekunan dan
kepekaan estetik, terus menggali dan mematahkan kesan berat yang
dipikul endek. Di tangannya kain endek bisa tampil trendi, dan sangat
casual. Atau kalau yang ingin santai dan cuek bisa dibuat gaya kreasi
yang sederhana dan praktis. Atau kalau ingin agak lain bisa memilih gaya
Hippie Chic, salah satu gaya busana yang in tahun ini. Gaya ini
merupakan paduan antara gaya dari berbagai etnik (multietnik) dengan
selera individu, mirip dengan gaya grunge yang pernah populer di awal
tahun 1990-an. Cocok untuk penampilan casual atau semiformal.
Belakangan ini kain endek sudah kembali digemari. Banyak busana uniform,
baik itu karyawan hotel maupun pegawai negeri sudah menggunakan bahan
endek. Ini perlu diapresiasi dan dikembangkan, karena endek adalah salah
satu produk budaya asli Bali yang bernilai seni tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar