Senin, 08 Juli 2013

MEMOTRET SUNSET, SUNRICE DAN TWILIGHT

Memotret sunrise dan sunset (sebenarnya gak ada bedanya dari sisi fotografi, yang beda cuma sunrise lebih dingin dan sepi daripada sunset, dan yang satu terbit dan yang lainnya tenggelam he he he).Persiapan yang dibutuhkan tentunya adalah memeriksa lokasi di hari sebelumnya, arah matahari dan sebagainya. Peralatan utama yang dibutuhkan adalah kamera, tripod, dan senter.Setelah tiba di lokasi, hal yang pertama dilakukan tentunya mencari lokasi yang bagus dan aman untuk memotret. Setelah ketemu, baru pasang kamera di tripod.Kalau bisa jangan kebalikannya, kalau keburu pasang tripod dulu biasanya kita sudah malas bergerak mencari posisi yang lebih bagus.
Mode dan setting exposure kamera
Mode kamera yang saya gunakan adalah mode manual (M). Pastikan AUTO ISO dalam kondisi OFF. Rugi dong, kalau ternyata AUTO ISO kamera memilih ISO yang terlampau tinggi karena mendeteksi pencahayaan yang gak begitu terang.Setelah itu saya akan set ISO rendah, sekitar 100/200 (tergantung kamera masing-masing). Dengan ISO rendah, kualitas fotonya paling bagus Bukaan favorit saya adalah sekitar f/8 sampai f/16. Dengan bukaan yang relatif kecil, ruang tajam menjadi besar dan pemandangan yang luas bisa tajam semua.Setelah itu, saya tinggal atur shutter speed sampai lightmeter jatuh di titik nol saat saya menekan setengah tombol shutter/jepret. Biasanya shutter speed akan jatuh lebih lambat dari satu detik sesaat sebelum matahari terbit.
Untuk fokusnya, saya mencoba autofokus, tapi kalau langit masih gelap dan kamera gagal mengunci fokus, saya akan set lensa/kamera ke manual fokus, dan mengunakan live view (komposisi dengan layar LCD) dan kemudian mencari fokus dengan memutar barrel fokus di lensa. Lalu saya akan mengambil test shot, kalau terlalu terang atau gelap, saya akan ganti nilai shutter speednya supaya hasilnya sesuai keinginan saya.Asyiknya kamera digital jaman sekarang memberikan hasil foto langsung di layar LCD jadi tidak ada salahnya mencoba-coba setting yang berbeda-beda. Idealnya mengunakan self-timer atau exposure delay supaya saat kita menekan tombol shutter, kamera tidak goyang dan hasil foto tajam. Remote dan cable release, dua aksesoris pembantu dapat membantu. Kalau pemandangannya mencakupi sesuatu yang bergerak, contohnya ada orang seperti nelayan, fotografer, satwa, dll, maka shutter speednya gak boleh terlalu lambat (lebih dari satu detik) karena subjek yang bergerak itu akan tidak tajam.Kalau bisa, kita gunakan shutter speed cukup cepat, contohnya 1/15 detik atau kalau bisa 1/100 detik lebih ideal lagi. Untuk mendapatkan shutter speed cepat tanpa membuat hasil foto gelap, naikkan nilai ISOnya.
Filter atau tidak?
Filter seperti GND (graduated neutral density) biasanya digunakan untuk menyeimbangkan pencahayaan langit dan bumi saat sunset dan sunrise.Saya sendiri sukanya tidak mengunakan filter GND dan membiarkan bagian foreground gelap/siluet. Supaya kesannya lebih alami dan bentuk-bentuknya lebih menonjol.Alasan lain adalah tanah di tepi danau itu kotor, banyak sampah plastik bekas turis Dan alasan lainnya, filter GND repot dipasang dan yang berkualitas tinggi cukup mahal dan mudah rusak. Alternatif lain jika ingin langit dan buminya seimbang yaitu mengaktifkan fitur yang dinamakan Active D Lighting (Nikon), Auto lighting optimizer (Canon). Ada juga kamera yang kini memiliki fitur Built-in HDR. Saat fitur ini aktif, kamera akan otomatis membuat dua gambar dan menggabungkannya langsung menjadi satu. Cara lainnya yaitu membuat dua atau lebih dari dua foto yang terang gelapnya berbeda-beda lalu menggabungkannya dengan software pengolah HDR seperti Photomatix atau Photoshop CS.Saat mengunakan teknik HDR, kita wajib mengunakan tripod supaya foto akhir tidak berbayang dua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar